Ahmad Suhud, Tanggapi Fenomena Beredar Bendera One Piece: “Anak Muda itu Ingin Didengar, Bukan Dimusuhi”
KAB. TANGERANG, iNews45.com || Direktur Ekseklusif Lembaga BP2A2N Ahmad Suhud, angkat bicara terkait Viral dan bertebaran bendera One Piece yang dikibarkan menjelang peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Fenomena ini banyak menuai kontroversi di sebagian masyarakat, mulai dari anggapan sebagai bentuk penghinaan simbol Negara hingga ekspresi kebebasan berpendapat generasi muda. (05/08/2025)
Dalam keterangannya kepada Awak media, Ahmad Suhud, menilai bahwa kemunculan bendera bajak laut ala One Piece bukanlah bentuk pemberontakan terhadap Negara, melainkan simbol keresahan yang muncul dari rasa kecewa generasi muda terhadap situasi sosial dan politik saat ini,"ujarnya
“Kita harusnya bisa membedakan antara cinta kepada Negara dan kekecewaan terhadap Pemerintah. Anak - anak muda ini tidak membenci merah putih, mereka kecewa karena nilai keadilan, kebersamaan, dan rasa solidaritas justru mereka temukan dalam sebuah cerita fiksi ketimbang kehidupan nyata,” ungkapnya
Suhud menambahkan, bahwa tokoh - tokoh dalam One Piece tersebut menggambarkan perjuangan melawan ketidakadilan bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk memperbaiki. Semangat itulah yang menurutnya ditangkap oleh sebagian anak - anak muda di Indonesia.
Dirinya menilai Negara atau Pemerintah tidak seharusnya tergesa - gesa memberikan Stigma Anti-NKRI terhadap ekspresi semacam itu.
Akan lebih elok jika dilakukan pendekatan, karena jika di ambil tindakan Represif itu hanya akan memperlebar jarak antara Negara dan rakyatnya, khususnya mereka para generasi muda.
“Kalau mereka lebih merasa terwakili oleh simbol bajak laut dari pada simbol Negara, maka yang harus kita evaluasi adalah kehadiran Negara atau Pemerintah selama ini di kehidupan mereka. Ingat ini alarm sosial yang tidak boleh diabaikan,lho !!” tegasnya.
Ahmad Suhud yang juga selaku aktivis dan pemerhati kebijakan publik, juga menekankan bahwa Negara memiliki tugas untuk mendengar, bukan semata hanya menegur.
Karena Energi kreatif anak muda juga bisa diarahkan ke gerakan Nasionalisme yang lebih segar, bukan dimatikan dengan pelabelan Negatif seperti itu,"tegasnya.
“Biarkan mereka mencintai tanah air dengan cara mereka sendiri, selama tidak mengganti lambang resmi Negara. Tinggal tugas kita merangkulnya, bukan malah mengucilkannya,” jelas Suhud
"Saya atasnama Lembaga BP2A2N, mengajak semua pihak untuk membuka ruang dialog dan tidak terjebak pada ketakutan Simbolik. “Mereka itu bukan pembenci Negeri ini. Mereka justru ingin perubahan karena cinta. Jangan padamkan pesan mereka dengan Stigma,” pungkasnya
(Yanto)