Jakarta, INEWS45.COM | Selain keindahan alamnya yang harus kita syukuri indonesia juga menyimpan banyak harta karun di tanah nya yang subur ini. Salah satu harta karun itu ialah ketersediaan nikel yang melimpah. Pertambangan nikel kini sangat menjadi perbincangan hangat, ia digadang gadang akan merajai pasar produsen di Eropa terutama di negara negara maju. Logam putih keperakan ini merupakan senyawa metalik yang kuat, padat, dan memiliki ketahanan terhadap suhu tinggi dan korosi, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan baja tahan karat atau stainless steel. Baja tahan karat ini banyak dipakai dalam peralatan sehari-hari manusia, mulai dari peralatan dapur, elektronik, transportasi, hingga luar angkasa.
Dengan karakteristik tersebut, nikel baik bila digunakan sebagai bahan baku alat penghantar listrik dan panas. Ia dapat diolah menjadi macam-macam unsur lain, seperti grafit dan lithium yang merupakan bahan baku untuk anoda dan katoda.
Anoda dan katoda sendiri merupakan komponen utama pembuatan baterai kendaraan listrik. Bersumber dari tanah nikel, keduanya melewati proses pengolahan terlebih dahulu sebelum menjadi sel baterai dan digabungkan dalam sebuah modul baterry pack bagi mobil listrik.
Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia dan dengan melihat nilai ekonomi nikel yang tinggi, pemerintah terus berupaya mendorong hilirisasi industri nikel tanah air dengan berfokus pada penguatan rantai produksi yang berkelanjutan dan terintegrasi untuk mendukung Indonesia sebagai salah satu produsen tambang Nikel di dunia.
Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2019, produksi bijih nikel Indonesia sekitar 800.000 ton. Nominal ini menduduki peringkat satu dunia yang terpaut hampir 400.000 ton dari produsen kedua dunia yang diduduki oleh Filipina.
Berdasarkan data tersebut kita ketahui produksi nikel Indonesia cukuplah menjanjikan apalagi di bawah gejolak perang antara Rusia dan Ukraina yang menyetop suplai nikel nya membuat negara-negara Eropa mengalami krisis nikel, hal ini juga menjadi keuntungan bagi Indonesia untuk memasarkan nikel kepasar dunia dengan lebih luas. Bukan hanya itu saja di era industri otomotif sekarang negara negara maju sedang memproduksi besar besaran untuk baterai listrik yang bahan baku utamanya berasal dari nikel. Kesempatan ini tentulah menjadi ladang emas bagi Indonesia dengan limpahan nikel yang dimiliki.
Nikel yang kini menjadi salah satu topik perbincangan hangat di seluruh dunia. Menjadi komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik, nikel menjadi pendorong perubahan dalam pemanfaatan energi. Diperkirakan ada 3.269.671 unit kendaraan listrik di pasar kendaraan listrik global pada tahun 2019 dan jumlahnya akan mencapai 26.951.318 unit pada tahun 2030. Makin tingginya permintaan kendaraan listrik secara otomatis akan membuat industri kendaraan listrik menjadi salah satu yang paling populer.
Tak hanya itu saja nikel juga diperlukan dalam industri militer, ruang angkasa, dan kelautan. Manfaat nikel dalam bidang ini sering digunakan untuk memproduksi senjata serta menjadi bahan tambahan untuk membuat baju besi. Nikel juga digunakan untuk membuat pelat baja yang kokoh dan kuat untuk tujuan perang atau kegiatan militer lainnya.
Selain di bidang militer, nikel juga mulai digunakan dalam industri dirgantara. Dalam hal ini, NASA menggunakan nikel pada permukaan Lunar Module untuk melindungi seluruh pesawat luar angkasa dari panas matahari. Di samping itu, nikel juga digunakan untuk membuat kendaraan laut yang dapat melintasi laut lepas dengan kokoh dan kuat karena sifat anti korosi yang dimilikinya
Dengan melihat kebutuhan nikel dunia dan besarnya cadangan nikel yang dimiliki membawa harapan baru bagi perekonomian indonesia. Terutama investasi nikel yang banyak diminati oleh berbagai negara dunia. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat ada beberapa negara yang tertarik untuk membenamkan investasinya di Indonesia, khususnya berkenaan dengan pembangunan pabrik pengolahan atau hilirisasi nikel sebagai upaya mendukung pengembangan produksi baterai listrik.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana membenarkan hal itu, Indonesia sebagai penghasil nikel yang cukup besar di dunia akan terpengaruh dampak positif terhadap tingginya harga nikel. Ia mendapatkan laporan bahwa akibat harga yang sedang tinggi itu, minat investasi hilirisasi nikel di Indonesia banyak dilirik oleh dunia. Kesempatan besar ini di permudah juga dengan adanya undang undang cipta kerja yang memberi kemudahan bagi para investor ddalam mengelola sumber daya alam.
Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo mengapresiasi rencana The Sandi Group Global Holdings (TSG GH) berinvestasi di berbagai program pembangunan di Indonesia. Antara lain di sektor infrastruktur, hingga pertambangan seperti nikel. Pelarangan ekspor bijih nikel yang dilakukan Presiden Joko Widodo sejak 1 Januari 2020, telah membuahkan banyak keuntungan bagi Indonesia. Satu diantaranya dalam memperbesar hilirisasi komoditas nikel menjadi produk jadi sehingga mendapatkan nilai tambah ekonomi yang lebih besar bagi Indonesia
"Dengan berbagai kekayaan sumber daya nikel tersebut, Indonesia tetap terbuka terhadap masuknya investor dari luar negeri. Terlebih keberadaan UU Cipta Kerja telah memberikan banyak kemudahan bagi para investor dalam mengelola sumber daya alam Indonesia. Dukungan para investor menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam perdagangan sejumlah produk turunan nikel seperti baja, stainless steel, serta bahan baku baterai kendaraan listrik yang mengutamakan penggunaan material nikel," pungkas Bamsoet.
Dengan demikian, kualitas nikel juga haruslah diperhatikan agar dapat bersaing dengan negara luar. Salah satu proses yang dapat diterapkan untuk menambah nilai tambah khususnya untuk bijih nikel kadar rendah adalah proses hidrometalurgi. Proses ini dapat memurnikan bijih nikel kadar rendah menjadi bahan baku kendaraan listrik. Steven Brown, seorang profesional industri nikel, mencatat bahwa tanpa baterai, tidak akan ada transfer energi.
Menurutnya, teknologi baterai berkembang pesat, terlepas dari apakah nikel digunakan atau tidak. Meskipun nikel dapat digantikan oleh bahan baku mineral lainnya, hanya nikel yang dapat membuat baterai menjadi optimal.
"Tentunya nikel itu optimal. Baterai yang optimal memiliki nikel karena memiliki banyak energi, tetapi sisi negatifnya adalah harganya yang mahal," kata Steven dalam percakapan itu. Karena itu, kata dia, dengan keunggulan nikel, transfer energi bergantung pada nikel. Tanpa nikel, transfer energi bisa tertunda. "Jadi kita lihat transisi energinya tergantung nikel, tanpa nikel kita bisa transisi ke EBT, tapi akan tertunda," katanya
SUMBER : Julia Setyani Dewi, mahasiswa teknik pertambangan UIN Syarif Hidayatullah jakarta